Kamis, 17 Juli 2014

Menikmati Nuansa Tempo Dulu di Kota Tua Jakarta

Rasa-rasanya kita pasti tak akan pernah lupa bahwa dahulunya Indonesia pernah dikuasai Belanda selama 350 tahun. Memang kita yang hidup di era sekarang tidak merasakannya secara langsung, tetapi buku sejarah, berita, dan peninggalan-peninggalannya-lah yang membuat kita tahu. Bukti-bukti itu bisa kita lihat secara langsung lewat bangunan-bangunan buatan Belanda yang hingga kini masih berdiri megah di beberapa tempat di Indonesia. Jakarta, yang dulunya disebut Batavia merupakan tempat di mana bangunan berarsitektur kolonial banyak berdiri. Sebut saja Kota Tua, yang kini dijadikan kawasan Cagar Budaya.


(Dokumentasi Pribadi)

Arsitektur bangunan yang bercorak tempo dulu membuat Kota Tua menjadi tempat bertemunya orang-orang pecinta sejarah, begitu juga dengan para seniman fotografi yang gemar memotret gedung-gedung megah di kawasan itu. Ada enam lokasi bersejarah di Kota Tua yaitu Museum Sejarah Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Museum Mandiri, Stasiun KA Kota, dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Museum Fatahillah adalah tempat yang paling pas bagi anda yang berhasrat menelusuri jejak sejarah Kota Jakarta. Untuk memasuki museum-museum, anda akan dikenakan tarif murah.

Selain mengunjungi museum, anda juga bisa bersepeda layaknya meneer dan mevrouw. Tentu saja sepeda yang disediakan adalah sepeda onthel zaman dahulu, bukan sepeda modern di zaman sekarang. Dengan sepeda onthel, anda bisa berkeliling kawasan Kota Tua, hingga ke Pelabuhan Sunda Kelapa yang letaknya agak jauh dari pusat Kota Tua.

Kota Tua selalu ramai, baik itu diramaikan pengunjung ataupun para pedagang. Ada hal yang menarik di Kota Tua sejak tahun 2013 lalu, yaitu kehadiran manusia batu. Manusia batu adalah orang-orang yang mengubah penampilannya menjadi seperti orang-orang di zaman penjajahan Belanda. Manusia batu yang pria berperan selayaknya prajurit sedangkan yang wanita berperan selayaknya None Belanda. Para pengunjung yang ingin berfoto dikenakan tarif sukarela, masing-masing mereka telah menyediakan kotak sukarela. Kehadiran manusia batu telah menambah atmosfer tempo dulu, di mana dahulunya hanya ada meriam Si Jagur di halaman Museum Sejarah Jakarta yang berwujud barang.

Setelah merasa puas mengelilingi Kota Tua, umumnya para pengunjung akan lapar. Namun jangan khawatir, karena di setiap sudut Kota Tua anda akan menemukan berbagai pedagang makanan kaki lima, bahkan café. Kerak telor, gado-gado, nasi goreng, dan makanan murah lainnya ada di sana. Jika anda ingin merasakan makanan luar, anda bisa mencicipi sajian makanan di Café Batavia. Di sana anda bisa menikmati makanan dan minuman Barat, Cina, dan juga Indonesia, dengan kisaran harga Rp 32.000 – Rp 200.000. Berdasarkan ulasan dari beberapa pengunjung Café Batavia, makanan dan minuman di café itu kurang mengena di lidah orang lokal, tapi jika anda ingin mencoba secara langsung, silakan kunjungi Café Batavia di Taman Fatahillah, Kota Tua. Mengenai makanan lokal, anda bisa menemukan kuliner khas Jakarta di halaman dalam Museum Sejarah Jakarta, seperti Kerak Telor, Tauge Goreng, dan Es Selendang Mayang.


(Dokumentasi Pribadi)

Untuk sampai ke Kota Tua, anda bisa menggunakan kereta, busway, dan mikrolet. Tunggu apalagi? Ayo ke Kota Tua, jaga kelestarian, kebersihan, dan keindahannya.

Oleh : Rahel Simbolon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar