Wisata alam Bandung memang tidak ada matinya. Setelah Tangkuban Perahu, masyarakat tengah gencarnya menjelajahi Kawah Putih, salah satu kawasan wisata alam yang berada di Ciwidey, Bandung Selatan. Panorama cantik yang ditampilkan Kawah Putih memang sungguh memikat. Beberapa film Indonesia juga pernah menampilkan objek wisata ini sebagai settingnya, seperti film Heart (Acha Septriasa - Irwansyah) dan Falling in Love (Mikha Tambayong - Boy William). Ciwidey memang tidak bisa terlepas dari Kawah Putih, bahkan sebagian besar orang mengidentikkan Ciwidey dengan Kawah Putih, padahal masih ada objek wisata alam lainnya yang berada di areal ini. Situ Patenggang, Rancaupas, dan Rancabali adalah contoh lain wisata alam yang terletak di Ciwidey. Namun dibanding ketiga ini, Kawah Putih memang paling memikat.
(Sumber: https://i1.ytimg.com)
Menurut sejarah, di abad X dan XII terjadi letusan Gunung Patuha yang menyebabkan terbentuknya kawah besar nan indah, namun karena penduduk setempat menganggap areal kawah sangat angker, tak ada satu pun penduduk yang berani memasuki kawasan kawah tersebut. Pada tahun 1837, Dr. Franz Wilhelm, seorang Belanda merasa penasaran dengan areal kawah yang sepi dan kosong. Ia pun bertanya pada penduduk setempat dan mendapatkan informasi bahwa lokasi tersebut merupakan pusat kerajaan makhluk halus dan sangat angker. Dengan logikanya, Dr. Franz tidak mempercayai hal tersebut dan malah menelusuri hutan yang mengelilingi areal tersebut. Sesampainya di puncak gunung, Dr. Franz kaget sekaligus takjub melihat danau berair hijau dengan semburan larva yang menurutnya sangat indah. Sejak saat itu, pemerintah Belanda mendirikan pabrik belerang di Kawah Putih dan sejak 1991 hingga sekarang Perum Perhutani mengelola objek wisata Kawah Putih.
Seiring dengan perjalanan waktu, mitos keangkeran terus berkembang. Bahkan masyarakat setempat masih percaya bahwa Kawah Putih adalah pusat berkumpulnya roh para leluhur. Namun mitos tersebut tidak membuat para pengunjung menjadi takut , terbukti kian hari pengunjung Kawah Putih semakin banyak, terutama di hari libur. Sebagian besar masyarakat lebih berpikir positif dengan melihat Kawah Putih dari segi keindahannya. “What a beautiful Kawah Putih. What an awesome You, God”. Sama seperti objek wisata alam lainnya, keindahan Kawah Putih juga merupakan salah satu bukti kehebatan Sang Pencipta.
Aksesibilitas
Perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai Kawah Putih memerlukan waktu dua jam dari Bandung. Jika anda menggunakan jasa transportasi darat, mulailah perjalanan dari Teminal Leuwi Panjang dengan menaiki mobil elf L300 Bandung-Ciwidey. Sesampainya di Terminal Ciwidey, anda harus menaiki angkot berwarna kuning jurusan Ciwidey-Situ Patenggang dan mintalah turun di pintu Gerbang Kawah Putih. Biasanya supir angkot menawarkan jasa charter, yaitu mengantarkan hingga Kawah Putih, menunggu, dan membawa anda kembali ke Terminal Ciwidey. Umumnya harga yang ditawarkan berkisar dari 60.000-80.000 (sudah termasuk tiket masuk Kawah Putih), tergantung dari kesepakatan rute yang ingin ditempuh, apakah hanya ke Kawah Putih saja atau mengunjungi Situ Patenggang juga, mengingat lokasi Kawah Putih dan Situ Patenggang yang tidak terlalu berjauhan. Tetapi jika anda ingin naik ke atas sendiri, anda bisa turun di Gerbang Kawah Putih lalu membeli tiket masuk dan tiket ontang-anting (jasa kendaraan yang disediakan pengelola Kawah Putih).
(Dokumentasi Pribadi)
Keindahan Kawah Putih memang tidak dapat dipungkiri. Pasir putih, air danau yang berwarna biru kehijauan ditambah warna langit yang biru bersih menghiasi atap kawah membuat para pengunjung seketika takjub. Tidak salah jika Ciwidey sangat diidentikkan dengan Kawah Putih, karena memang sebagian besar pengunjung beranggapan bahwa Kawah Putih yang terbagus. Tapi sebaiknya jangan terlalu lama berada di dekat kawah, karena bau belerang yang terhirup akan mengganggu pernapasan.
(Dokumentasi Pribadi)
Oleh: Rahel Simbolon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar