Siapa yang tidak mengenal Monas? Sebuah monumen di pusat kota Jakarta yang seakan menjadi simbol ibu kota. Lihat saja berbagai T-shirt tentang Jakarta, pasti didominasi oleh gambar Monas. Dengar saja celetukan orang-orang , “Kalau nggak ke Monas, berarti belum ke Jakarta”. Monas yang merupakan singkatan dari Monumen Nasional merupakan monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintah Belanda. Puncak Monas yang berbentuk seperti nyala api menggambarkan semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah padam. Perlu diketahui, nyala api ini terbuat dari medali perunggu dan dilapisi 35 kg emas.
(Sumber : http://static.pulsk.com)
Monumen Nasional berada di Jakarta Pusat, tepatnya di tengah Lapangan Medan Merdeka dan selalu dibuka setiap hari untuk umum mulai pukul 08.00-15.00 WIB. Adapun tarif masuk yang dikenakan berbeda-beda, untuk anak-anak dikenakan tarif Rp 2000,00, pelajar dan mahasiswa dikenakan tarif Rp 3000,00 dan orang dewasa dikenakan tarif Rp 10.000,00. Di dalam monumen, kita dapat belajar banyak mengenai sejarah Indonesia melalui berbagai diorama yang ditampilkan. Diorama-diorama tersebut secara runtut menampilkan perjalanan Indonesia mulai dari masa kerajaan-kerajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, penjajahan yang dilakukan Bangsa Eropa, zaman VOC, perlawanan bangsa Indonesia melawan penjajah, mulai dari pergerakan kedaerahan hingga nasional, kemudian pendudukan Jepang di Indonesia, perjuangan kemerdekaan RI, masa-masa revolusi, hingga masa pemerintahan Presiden Soeharto. Selain diorama, masih ada ruangan berbentuk amphitheater yang disebut Ruang Kemerdekaan. Di dalam ruangan ini, tersimpan naskah asli Proklamasi Kemerdekaan RI, peta kepulauan RI, bendera merah putih, dan sebuah dinding bertuliskan naskah Proklamasi Kemerdekaan RI. Semua itu tampak indah.
Selain hal-hal di atas, masih ada bagian pelataran puncak Monas yang wajib dikunjungi. Untuk mencapai pelataran dengan ketinggian 115 meter ini, para pengunjung akan dibawa oleh sebuah elevator. Di pelataran puncak, pengunjung dapat melihat keseluruhan Jakarta secara dekat dengan menggunakan beberapa teropong yang disewakan dengan harga Rp 2000,00. Jakarta yang tampak rumit jika dilihat secara langsung nyatanya bisa terlihat rapi jika dilihat dari atas. Dari atas puncak, pengunjung juga bisa melihat Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang berdampingan, salah satu simbol pluralisme yang diagung-agungkan oleh masyarakat Indonesia. Mengingat ada begitu banyak orang yang ingin naik ke pelataran puncak, sementara kapasitas elevator hanya bisa memuat beberapa orang saja, maka anda disarankan untuk datang lebih pagi. Jika hari sudah siang, antrian elevator sangatlah panjang . Tidak jarang beberapa pengunjung meninggalkan antrean karena tidak sabar menunggu terlalu lama. Jika anda sedang tidak beruntung alias tidak bisa menaiki puncak Monas, jangan sedih. Pelataran Monas juga tidak kalah menarik. Monas merupakan alternatif wisata murah meriah, karena selain berwisata sejarah di dalam bangunan Monas, para pengunjung juga bisa berwisata secara gratis di pelataran Monas. Ada areal lahan berumput yang biasa dijadikan tempat bermain layangan sekaligus tempat bersantai bagi keluarga, ada areal terapi refleksi kaki, lapangan untuk berolahraga, dan juga taman rusa yang konon katanya rusa-rusa ini sengaja didatangkan dari Istana Bogor. Selain itu, setiap malam sabtu dan malam minggu, pihak pengelola Monas juga menghadirkan pertunjukan air mancur menari yang bisa disaksikan secara gratis oleh pengunjung. Jangan takut kelaparan, karena di sana ada banyak pedagang makanan yang mengharapkan rejeki dari anda.
Untuk mencapai Monas tidaklah sulit, karena anda bisa menggunakan berbagai mode transportasi. Jika anda pengguna Commuter Line, anda bisa berangkat dari berbagai stasiun di Jabodetabek lalu turun di Stasiun Gambir, setelah itu anda cukup berjalan kaki menuju Monas. Jika anda menggunakan bus Trans Jakarta dari Shelter Harmoni yang merupakan pusat halte, anda bisa turun di Shelter Gambir lalu tinggal berjalan kaki menuju Monas.
“Ngakunya udah pernah ke Jakarta, tapi nggak ke Monas? Berarti kamu belum ke Jakarta”
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Oleh : Rahel Simbolon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar