Senin, 06 Oktober 2014

Mengenal Pedalaman Suku Badui dan Keselarasannya dengan Alam

Sebagai negara yang kaya akan kekayaan alam dan keragaman budaya, Indonesia tidak hanya menawarkan aneka wisata alam dan sejarah saja, tetapi juga desa-desa unik yang masih menjaga kearifan lokalnya hingga saat ini. Sebut saja Suku Badui di Banten yang memiliki adat-istiadat yang unik. Suku Badui berada sekitar 120 km dari Kota Jakarta. Perjalanan yang tidak singkat ini akan menjadi momen yang menyegarkan kita dari penatnya ibu kota, karena di sepanjang jalan kita bisa melihat dan merasakan suasana alam yang begitu asri. Adapun Suku Badui membagi wilayahnya menjadi dua bagian yaitu Suku Badui Dalam dan Suku Badui Luar. Letak perbedaan kedua suku ini bisa dilihat dari adat-istiadat mereka, di mana Suku Badui Dalam masih menjaga ketat adat-istiadat. Suku Badui Luar juga tetap menjaga adat-istiadat namun sudah bisa berbaur dengan masyarakat di sekitar mereka. Meskipun Suku Badui Luar tidak terlalu menjaga ketat adat-istiadat, namun ciri kehidupan mereka tetap sama seperti Suku Badui Dalam yakni hidup sederhana, berdampingan, anti narkoba, dan berselaras dengan alam.

Menurut sejarah, kata Badui berasal dari Bedouin atau Badawi yang diberikan seorang peneliti berkebangsaan Belanda. Diakibatkan aksen penduduk setempat, kata Bedouin atau Badwi pun bergeser menjadi Badui. Perkampungan Suku Badui berjarak 40 kilometer dari Rangkasbitung dan untuk mencapainya, pengunjung disarankan untuk menaiki kereta api ataupun angkutan umum lainnya yang sampai ke Kabupaten Rangkasbitung. Setelah sampai di Rangkasbitung, pengunjung harus melanjutkan perjalanan hingga sampai di Ciboleger, pintu masuk menuju perkampungan Suku Badui. Sesampainya di Terminal Ciboleger, pengunjung akan disambut oleh anak-anak Suku Baduy. Kebanyakan mereka berdiri di emperan toko untuk berjualan souvenir. Anak-anak ini sudah bisa berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dan sedikit-sedikit sudah mulai memahami Bahasa Inggris. Oleh karena itu, anda tidak perlu ragu untuk bertanya ataupun meminta salah satu dari mereka untuk menjadi tour guide.

Memasuki perkampungan Badui, anda akan merasakan perbedaan yang begitu mencolok dengan suasana perkotaan. Di wilayah Badui Luar, anda bisa melihat orang-orang Suku Badui mengenakan pakaian khas mereka yang berwarna hitam, putih, mengenakan ikat kepala, dan tidak mengenakan alas kaki. Di wilayah ini, pengunjung masih diperbolehkan untuk mendokumentasikan hal-hal di sekitar, baik itu orang-orang Suku Badui maupun rumah-rumah jerami mereka. Sepanjang perjalanan, anda akan menyusuri sungai-sungai kecil dan lumbung padi yang biasanya diletakkan di halaman depan tiap-tiap rumah. Untuk bisa mencapai Suku Badui Dalam, anda harus melewati jembatan bambu yang merupakan pemisah sekaligus penghubung antara Suku Badui Luar dan Suku Badui Dalam. Bila dibandingkan dengan perkampungan Badui Luar, Suku Badui Dalam terasa lebih asri dengan bukit-bukit hijaunya. Suku Badui Dalam memang hidup selaras dengan alam. Suku Badui Dalam sangat percaya bahwa jika mereka bersikap baik pada alam, maka alam juga akan bersikap baik pada mereka. Oleh karena itulah, mereka tidak pernah menggunakan sabun, sampo, dan odol saat mandi. Mereka tidak ingin barang-barang seperti itu mencemari sungai dan lingkungan mereka. Selain itu, mereka juga juga tidak bersentuhan dengan tape-deck, radio, dan alat elektronik lainnya, juga tidak mengenakan alas kaki dan kendaraan saat bepergian. Suku Badui Dalam terbiasa berjalan kaki ke manapun mereka pergi.


1. Suku Badui Dalam


2. Perkampungan Badui


3. Lumbung Padi Suku Badui

Bagi anda yang ingin merasakan hidup berdampingan dengan Suku Badui Dalam, anda bisa menginap di sana. Selama menginap, anda akan merasakan hidup tanpa gadget, listrik, dan kamar mandi, dan anda harus menggantungkan diri pada alam, seperti mandi dan buang air di sungai. Semua peraturan itu harus ditaati karena jika dilanggar akan dikenakan sanksi adat. Jangan lupa untuk membawa senter, anti nyamuk, dan obat-obatan. Di dalam perkampungan Badui tidak ada puskesmas, mereka terbiasa menggunakan daun untuk mengobati penyakit yang mereka derita.

Oleh : Rahel Simbolon
Gambar:
1. http://erzariani.blogspot.com/2014/03/mengenal-kehidupan-suku-baduy.html
2. http://pesonaindahindonesia.blogspot.com/2013/03/wisata-alam-dan-budaya-suku-baduy-desa.html
3. http://www.indonesiahebat.org/uploads/default/files/lumbung-padi-suku-baduy.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar