Senin, 29 September 2014
Menikmati Keindahan Nisan Bergaya Kolonial di Museum Taman Prasasti
1. Museum Taman Prasasti
Jika selama ini anda mengunjungi museum untuk mengamati koleksi dan benda peninggalan yang terpajang, mungkin anda boleh mencoba penelusuran museum dengan pengalaman yang berbeda. Di mana itu? Tentu saja di Museum Taman Prasasti yang berada di Tanah Abang Jakarta. Mengapa museum ini bisa memberikan pengalaman yang berbeda? Karena di museum ini, anda tidak akan melihat koleksi yang terpajang di atas meja ataupun di dalam lemari kaca. Di dalam Museum Taman Prasasti, anda akan menemukan berbagai kuburan tua yang merupakan tempat peristirahatan terakhir para tokoh penting berkebangsaan Eropa pada masa kolonial. Museum Taman Prasasti berdiri di atas tanah dengan luas 1,2 Ha, di mana di dalamnya terdapat berbagai koleksi nisan, prasasti, dan patung yang memiliki nilai seni dan sejarah yang tinggi.
Dahulu TPU ini bernama Kerkhof Laan dan menjadi pemakaman Eropa paling besar di Asia. Ketika dibangun pada tahun 1795, TPU ini bertujuan untuk mengantisipasi lonjakan penduduk Batavia yang semakin meningkat pesat. Pada tahun 1808, TPU ini menerima banyak nisan yang dipindahkan dari kuburan lain, seperti dari Gereja Belanda yang ada di Kota, yang kini telah menjadi Museum Wayang dan dari Gereja Sion. Pemindahan nisan ini dilakukan atas perintah Daendels yang melakukan pelarangan terhadap tradisi menguburkan jenazah di gereja atau di tanah pribadi. Diperkirakan, batu nisan di Kerkhof Laan yang dulunya berjumlah 4600, kini hanya tersisa 1242 buah. Sebelumnya pemakaman ini juga dikenal sebagai pemakaman Kebon Jahe Kober dan dimanfaatkan sejak tahun 1795. Pada tahun 1795, tepatnya pada saat kepemimpinan Ali Sadikin, pemakaman ini ditutup. Sebagian kerangka dibawa pulang oleh kerabat ke Belanda, sementara sisanya masih dipertahankan, kemudian ditata ulang dan dijadikan Museum Taman Prasasti. Pada tahun 1977, pemakaman ini diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti oleh Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta.
Pada saat masuk ke kompleks pemakaman, pengunjung akan menemukan sebuah lonceng terbuat dari perunggu yang terdapat pada pintu gerbang. Dahulu lonceng digunakan untuk memberikan isyarat atau tanda bagi petugas pemakaman, dentang pertama menandakan berita kematian, sedangkan dentang yang terus-menerus menandakan kedatangan jenazah, lonceng akan berhenti berdentang apabila jenazah telah sampai di gerbang pemakaman. Di dalam sebuah ruangan terdapat satu peti jenazah berukir yang kabarnya dulu digunakan sebagai pembaringan jasad Presiden Soekarno dan satu peti jenazah polos yang disiapkan untuk Mohammad Hatta, namun tidak jadi digunakan.
2. Suasana Museum Taman Prasasti
Di dalam Museum Taman Prasasti ini pengunjung bisa mengamati berbagai nisan para tokoh yang berpengaruh di zaman Hindia Belanda dahulu. Tokoh-tokoh penting yang pernah dimakamkan di museum ini antara lain Dr. H. F. Roll selaku pendiri STOVIA, J.H.R. Kohler selaku tokoh militer di masa Perang Aceh, Miss Riboet selaku tokoh opera era 1930-an, Olivia Raffles yang merupakan istri dari Thomas Stamford Raffles, dan juga Soe Hok Gie aktivis mahasiswa di era 60-an yang wafat di Gunung Semeru sehari sebelum hari ulang tahunnya.
3. Nisan Soe Hok Gie
Museum Taman Prasasti kerap dijadikan sebagai latar fotografi, baik untuk koleksi pribadi, pre wedding, ataupun video klip. Bila anda pernah memperhatikan video klip Ungu-Demi Waktu, anda akan melihat Museum Taman Prasasti sebagai latarnya. Keindahan patung dan nisan bergaya kolonial serta nuansa duka yang tidak menyeramkan membuat tempat ini menjadi menarik untuk dikunjungi. Museum Taman Prasasti ini berada tepat di samping Kantor Walikota Jakarta Pusat. Untuk mencapainya, pengunjung yang menggunakan kendaraan umum bisa menaiki bus Transjakarta rute Blok M-Kota dan Mikrolet 08 rute Tanah Abang-Kota.
Oleh : Rahel Simbolon
Gambar:
1. http://travelmatekamu.com/wp-content/uploads/2014/04/kotawisataindonesia.jpg
2. http://nusapedia.com/uploads/timthumb.php?src=makam.jpg&h=292&w=658
3. http://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/03/13952189971335921247.jpg
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar