Kamis, 22 Mei 2014
WAYANG
http://www.ki-demang.com/index.php/isi-kesenian-tradhisional/112-02-wayang-kulit-purwa
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri lebih dari tiga belas ribu pulau. Di dalamnya terdapat beraneka ragam suku, adat istiadat, bahasa, serta seni dan budaya. Dari sekian banyaknya seni dan budaya yang ada di Indonesia, satu-satunya warisan budaya yang patut dibanggakan bagi seluruh bangsa Indonesia yaitu wayang. Karena wayang adalah puncaknya budaya daerah yang tampil sebagai seni dan budaya tradisional. Bahkan dunia pun mengakui bahwa wayang adalah seni asli bangsa Indonesia.
Wayang tak terlepas dari seni pedalangan. Keduanya menjadi kualitas seni yang tinggi hingga mendapat sebutan ‘adiluhung’. Wayang dan seni pedalangan termasuk seni yang unik dan canggih. Keduanya dapat memadukan seni-seni lainnya secara serasi seperti seni tari, seni suara, seni drama, seni sastra, seni rupa, dan lainnya.
Dalam sebuah pagelaran, wayang selalu memberikan makna tersendiri. Di dalamnya mengandung sebuah unsur pesan baik secara etika ataupun estetika. Pertunjukan wayang yang paling dalam mengandung nilai hakiki dan falsafah hidup. Wayang tidak hanya sekedar sebagai tontonan. Bukan pula sebagai shadow play atau shadow-puppet theaters (permainan bayang-bayang). Orang Jawa mengatakan bahwa wewayangane ngaurip (bayangan hidup manusia sejak lahir hingga mati). Selain itu wayang adalah gambaran kehidupan manusia dengan berbagai problematika yang dihadapinya. Wayang juga melukiskan tentang hewan, raksasa, atau dewa. Wayang juga menggambarkan tokoh yang berwatak jahat ataupun baik, lucu, kuat, dan halus. Dalam dunia pewayangan, tokoh yang berperilaku baik disebut bala tengen. Biasanya tokoh baik ini diletakkan di sebelah kanan kelir sehingga tokoh ini menghadap ke kiri. Sedangkan tokoh yang berperilaku jahat disebut bala kiwa dan diletakkan di sebelah kiri kelir sehingga tokoh ini menghadap ke kanan.
Wayang di Indonesia mengalami perkembangan. Wayang dikenal sejak zaman dulu sekitar tahun 1500-an sebelum Masehi. Nenek moyang mempercayai bahwa arwah orang yang meninggal itu tetap hidup dan dapat memberi pertolongan bagi orang-orang yang masih hidup. Sehingga roh-roh tersebut dipuja-puja oleh mereka. Roh-roh itu mereka sebut sebagai hyang atau dahyang. Di mana hyang atau dahyang tersebut diwujudkan dalam bentuk patung atau gambar. Mereka dapat berhubungan dengan hyang hanya melalui perantara atau medium yang disebut syaman. Syaman ini diwujudkan dalam bentuk dalang. Bentuk pemujaan hyang dan syaman itulah yang merupakan asal-usul pertunjukan wayang yang sifatnya masih sederhana. Saat ini lebih dari seratus jenis wayang yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari sekian ratus jenis itu ada yang masih tetap bertahan hingga sekarang dan ada juga yang sudah punah. Namun demikian, muncul pula wayang-wayang baru diantaranya wayang wahyu, wayang sandosa, wayang sadat, wayang ukur, dan sebagainya.
Salah satu wayang yang terkenal dan sudah mendunia yaitu wayang kulit purwa. Wayang kulit purwa merupakan boneka datar dwimatra, terbuat dari kulit kerbau yang secara rumit diukir dan diwarnai; dilengkapi tangkai penyangga di tengah dan gagang dari tanduk kerbau untuk memainkannya; menggambarkan dewa, manusia, raksasa, satwa, dan lambang alam. Wayang ini bahkan dijadikan sebagai obyek studi dari waktu ke waktu. Para pakar budaya Barat menyatakan tentang wayang kulit purwa sebagai”…the most complex and shopisticated theatrical form in the world”. Selain itu, James R. Brandon seorang peneliti asal Amerika menyatakan bahwa wayang kulit purwa”…not comic nor tragic but marvelous”.
Oleh : Wahyu Inayah
Referensi:
Tim Penulis SENA WANGI. 1999. Ensiklopedi Wayang Indonesia Jilid 1. Jakarta: SENA WANGI.
Sedyawati, Edi. 2002. Seni Pertunjukan. Jakarta: Grolier International. Inc.
Label:
bala,
bentuk,
budaya,
dahyang,
diletakkan,
diwujudkan,
hyang,
Indonesia,
jahat,
kelir,
kerbau,
pedalangan,
purwa,
roh-roh,
seni,
syaman,
tokoh,
wahyu inayah,
Wayang,
wayang kulit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar