Jumat, 30 Mei 2014

BATIK PEKALONGAN PUNYA CERITA

Batik merupakan hasil karya manusia yang mempunyai nilai seni tinggi dan telah menjadi warisan budaya asli Indonesia. Dunia pun telah mengakuinya melalui UNESCO. Dengan demikian, batik merupakan identitas bangsa Indonesia yang sangat tinggi nilainya. Bervariasi corak dan motifnya membuat batik juga diekspor ke mancanegara. Seni kerajinan batik ini terdiri dari batik cap, batik lukis, batik bordir, batik kombinasi, dan batik modern.

Salah satu penghasil batik terkemuka di Indonesia adalah Pekalongan. Kota ini telah memproduksi batik yang didistribusikan ke seluruh wilayah Nusantara dan bahkan diekspor ke luar negeri. Hampir setiap kampung yang ada di kota ini dijadikan sentra kerajinan batik. Seakan-akan batik menjadi nafas kehidupan masyarakat di sana. Berbagai motif yang dijadikan brand image batik Pekalongan adalah batik Jlampang yang motifnya dipengaruhi oleh India dan Arab, batik Encim dan Klengenan yang dipengaruhi oleh peranakan Cina, batik Belanda dengan motif buket bunga, batik pagi sore, dan batik Hokokai yang tumbuh pesat saat zaman penjajahan Jepang.

Pekalongan telah menjadi pusat batik sejak 1850-an. Saat itu batik didistribusikan di wilayah Banten. Orang-orang Arablah yang berperan penting dalam pendistribusian batik. Karena mereka adalah pedagang. Dulu, wanita-wanita Eropa yang justru menekuni batik. Bahkan mereka menjadi pengusaha batik. Sedangkan wanita pribumi sebagai pembatik biasa di rumahnya. Mereka mendapat pesanan dari pengusaha batik yang notabene adalah wanita Eropa. Akhirnya para pembatik pribumi pun direkrut oleh wanita Eropa sebagai pekerja atau buruhnya dan mereka mendapat upah. Melihat geliat usaha batik yang semakin cerah, orang Cina dan Arab mulai tertarik. Sehingga mereka pun mengajak wanita pribumi lainnya untuk bergabung sebagai pekerjanya. Pada 1880, tercatat ada lebih dari 500 pembatik yang bekerja di industri batik. Pada 1890, kerajinan batik Pekalongan pun berkembang pesat. Dan pada 1910, kerajinan industri batik berubah menjadi industri rakyat.

Pada 1930 terjadi malaise yaitu kondisi perekonomian yang sangat sulit dan Eropa pun terkena dampaknya hingga mengakibatkan pengusaha batik mengalami gulung tikar. Hal ini membuat mereka ada yang pergi ke luar Jawa dan ada juga yang beralih profesi berdagang kecil-kecilan. Akhirnya pada saat sekutu meninggalkan Indonesia, ganti Jepang menduduki wilayah Indonesia. Tak terkecuali Pekalongan pun juga dikuasai oleh Jepang. Semasa Jepang menduduki wilayah Pekalongan mereka pun tertarik dengan adanya batik dan lahirlah batik Jawa Hokokai. Batik ini dihasilkan oleh pengusaha Cina. Batik Jawa Hokokai ini merupakan gabungan dari unsur keraton yaitu lereng, kawung, ceplok, dan parang dengan hiasan bunga (sakura, anggrek, mawar, krisan, leli), burung merak dan kupu-kupu yang disusun dalam buketan dan lung-lungan sehingga menghasilkan pola yang kaya warna dan corak yang indah.

Berikut corak batik Pekalongan:

http://www.kopimaya.com/forum/showthread.php/1482-Batik

Oleh : Wahyu Inayah
Referensi:
Margana, Sri & Fitrianingsih, Widya. 2010. Sejarah Indonesia: Perspektif Lokal & Global. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar